Wahai kaum sayyid dan syarifah kemuliaan genetika itu tidak menjadikan
alat untuk berbangga hati dan berangan-angan tinggi apa lagi sampai
menyombongkan dan salah mempergunakan untuk memperturutkan hawa nafsu.
Karena kadar kemuliaan itu adalah hanya kendaraan dan sarana untuk
bertakwa pada Allah s.w.t, Hubungan nasab tidak menyebabkan kaum sayyid
dan syarifah bisa seenaknya bermaksiat
dan dibiarkan serta tidak diazab oleh Allah SWT, Bahkan mereka diminta
pertanggung jawaban yang lebih besar dari manusia lain yaitu amalan
mereka sendiri dan tingkah laku dan sifat yang harus dijaga sebagai
penghormatan kepada Rasul SAW.
Ibarat dalam kondisi lalulintas
perkotaan maka genetika sayyid syarifah laksana kendaraan yang mewah,
besar, bensin terisi penuh dan berkecepatan yang laju untuk mencapai
tujuan, sedangkan umat manusia lain pun memiliki genetika sebagai sarana
untuk bertakwa bervariasi semisal ada yang pakai becak, sepeda, motor,
mobil biasa, bahkan ada yang jalan kaki.
Sedangkan AlQur'an dan
Hadits ibarat peta dan kompas penunjuk jalan. Dari pemilik mobil mewah
sampai pejalan kaki harus mematuhi peraturan lalu lintas, walaupun
memiliki kendaraan mewah melanggar lalu lintas maka polisi yang bijak
tetap akan menghukum tanpa membeda-bedakan kendaraan yang mereka
pergunakan, jikalau Sayyid, syarifah yang nota bene memiliki fasilitas
dan sarana berupa genetika yang mamadai untuk bertakwa pada Allah s.w.t
namun melanggar tetap akan diadili oleh Allah s.w.t yang Maha Adil.
Jikalau sayyid, syarifah yang memiliki kendaraan mewah dan cepat namun
tidak tahu menyetir maka akan terjadi kecelakaan. Jika mereka tidak
memahami arah tujuan yang dimaksud kompas dan peta maka mereka akan
tersesat dijalan dan boleh jadi orang lain yang memiliki kendaraan minim
namun memahami tujuan lewat peta dan kompas akan sampai ketempat
tujuan.
Hal itu sebagai sesuatu yang diperumpamakan Sayyid
syarifah hanya mengandalkan hubungan nasab/ genetika tanpa mempelajari
Al-Qur'an, Hadist dan pesan2 para Salaf, maka mereka akan tersesat pula
sekaligus mempermalukan Baginda Rasul SAW sebagai pembawa AlQur'an dan
Hadits.
Namun jika Sayyid-Syarifah yang telah memiliki
kendaraan yang mewah, besar dan berkecepatan tinggi pintar mengemudi dan
menguasai kompas dan peta maka mereka akan lebih cepat sampai kepada
tujuannya dibandingkan setiap orang yang berusaha lebih keras dari
mereka namun memiliki kendaraan terbatas. Selain itu mobil yang besar
tersebut bisa mengantar orang lain yang tidak sampai ketujuan
dikarenakan kendaraan mereka mogok, kecelakaan ataupun tersesat
kehilangan kompas. Itulah tanggung jawab sayyid dan syarifah selain
mereka memahami dan mengamalkan AlQur'an dan Hadis, merka juga harus
berahklak seperti Rasul SAW dan menolong setiap orang untuk bersama-sama
bertakwa kepada Allah SWT.
Hadis Rasulullah s.a.w mengingatkan
kerabat beliau SAW: Wahai Bani Hasyim: "Janganlah sampai orang lain
menghadapku pada hari qiamat nanti dengan berbagai amal shalih,
sedangkan kalian menghadapku hanya dengan membanggakan nasab".
Diriwayatkan Sufyan Atsauri, beliau berkata : Bahwa Daud At Toi wafat
Tahun 165 H, pernah mendatangi Al Imam Ja'afar shodiq, minta pendapat
dan nasehatnya, padahal beliau adala seorang Imam Sufi ahli zuhud pada
masanya. Daud berkata :wahai cucu Nabi, engkau adalah orang termulia,
nasehatmu wajib menjadi pegangan kami, sampaikanlah nasehatmu kepada
kami. Imam Ja'far Shodiq menjawab : Sungguh aku takut, datukku akan
memegang tanganku di hari kiamat nanti dan berkata : Mengapa engkau
tidak mengikuti jejakku dengan sebaik-baiknya. Demikianlah jawaban
beliau pada Daud At-Toi, padahal beliau tidak pernah meninggalkan jejak
datuknya.
Maka menangislah Daud dan berkata : Ya Allah, Ya Tuhanku
jika demikian sifat orang yang berketurunan Nabi, berahklak dan berbudi
datuknya, dari Fatimah Zahra, dalam kebingungan, kuatir tidak atau belum
sempurna mengikuti jejak Nabi, bagaimana aku, Daud ini yang bukan
keturunan Nabi??"
Nasehat Habib Umar Hafidz dimasjid Riyadh
solo Haul '98 Putera Riyadi "Janganlah kalian menyia-nyiakan kegiatan
yang paling mulia. Kemuliaan kalian terletak pada ilmu yaitu menuntu
ilmu dan mengamalkannya. Kalian memiliki 4 atau 5 anak sedangkan kalian
kecintaan, cucu dan keturunan para Salaf, namun tak satupun dari
anak-anak itu yang kalian perintahkan untuk mempelajari ilmu nabi
kalian: Ilmu Syariat!? Demi Allah, syariat nabi telah tersebar luas,
namun kalian tertidur.
Orang lain datang mendahului kalian, merebut
keutamaan dan menyenangkan hati Nabi Muhammad SAW, sedang kalian hanya
memikirkan makan, minum, permadani dan perabotan rumah tangga. Kalian
rela melihat orang lain merebut kursi pewarisan kekhalifaan dan
kedekatan dengan Nabi Muhammad SAW, alangkah ruginya jika keturunan
rasul didahului orang lain!! Alangkah ruginya jika keistimewaan itu
direnggut mereka".
Dalam hadis Aisyah r.a melihat Rasul s.a.w shalat
dengan tekun dan khusuk hingga menangis, kedua kaki beliau bengkak,
maka Aisyah bertanya : "Mengapa engkau menangis dan beribadah begitu
lama ya Rasul s.a.w sedang Allah telah menghapus dosamu dimasa lalu dan
akan datang serta menjaminmu dengan surgaNYA?. Rasul menjawab: "Tidakkah
aku menjadi seorang hamba yang bersyukur kepada-NYA?" (Hadist).
Jadi karunia Allah SWT pada kita berupa cahaya dari Rasul SAW atau
genetika Rasul SAW, untuk keturunannya adalah bukan untuk dibanggakan
ataupun digunakan pada hal-hal yang tidak baik tetapi itu adalah amanah
bagi para keturunan cucu Rasul untuk menjaga agama Kakeknya sekaligus
berteladan, mengikuti ahklak Nabi saw, juga untuk dilestarikan
keturunanya, agar kelak akan lahir dari anak-anak cucu beliau bibit
unggul yang mudah memahami dan menjaga agama Islam (masih mewarisi
setitik, dua titik atau mungkin lebih, sebagian dari genetika Rosul yg
jelas sudah sangat sempurna).
Tidak ada komentar:
Posting Komentar